INSPIRASI ‘IEDUL ADHHA .
Berbahagialah kita, karena dengan rahmat-Nya umur kita masih sampai pada ‘Iedul Adhhâ tahun ini, yaitu ‘Ied terbesar dibandingkan dengan ‘Ied yang lain.’Iedul Adhhâ ini terkenal juga dengan ‘Iedul Haj , karena pada saat ini, tidak kurang dari tiga juta ummat Islam berkumpul di Padang ‘Arafah, memenuhi seruan Allah Swt ;
….Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah… Âli ‘Imrân [3] : 97 .
Dan firman-Nya lagi ;
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,. Al-Hajj [22] : 27 .
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar Allâhu Akbar walillâhil Hamd.
Kita yang ada disini, turut melaksanakan ‘Idul Adhhâ, atau ‘Iedul Qurbân, sebagai inspirasi dari Pengorbanan Ibrahim ‘a.s. kepada ‘Ismâ’il ‘a.s. karena ketaatan kepada Allah Swt. Kita yang ada disini,berkumpul sebagai solidaritas kepada saudara-saudara kita yang menunaikan Haji, kita doakan mereka agar menjadi Hajjan Mabrữran, dan dapat kembali ketanah air dengan selamat.
Dalam rangka merealisasikan inspirasi pengorbanan Ibrahim, dan kesabaran Ismâ’il ‘ah.s. kita diperintahkan juga saat ini berkurban, sampai Nabi yang kita cintai menegaskan :
Barang siapa yang mampu untuk berkurban kemudian dia tidak berkurban, maka janganlah sekali-kali dekat ketempat salat kami ini.
Jamaah rahimakumullâh !
Ini adalah syariatnya, tetapi hakikatnya ialah bahwa Allah tidak akan mererima dagingnya dan tidak pula darahnya, tetapi Allah akan menerima takwa diantara kalian. Ini banyak diungkapkan oleh Nabi dalam hadisnya yang populer. Kurban adalah satu didikan untuk taqarrub kepada Allah Swt dengan jalan pengurbanan, baik harta, tenaga, fikiran, bahkan nyawa sekalipun kalau Allah membutuhkannya, seperti Ismâ’il yang sabar dan rela melaksanakan perintah Allah Swt.
Situasi dan kondisi saat sekarang ini dibutuhkan mujâhid-mujâhid yang siap tampil ditengah masyarakat dunia sebagai rahmatan lil ‘âlamἳn. Mujâhid-mujâhid yang menampakkan pola hidup sederhana, dekat dengan fakir miskin dan pembela fakir miskin, menciptakan persamaan ditengah masyarakat, yang justru tidak mau menonjol dan memamerkan kekayaan, kekuasaan, kepintaran ditengah masyarakat.
Ketidak adilan sosial ditengah masyarakat wajib diberantas. Gap antara sikaya dan simiskin wajib dihapuskan. Penataan remunerasi Pejabat Negara dengan penghasilan yang adil perlu segera dilaksanakan. Penghasilan Pejabat Tinggi Negara dengan gaji dan tunjangan yang besar-besar perlu ditinjau ulang. Perbedaan penghasilan antar Departemen perlu dikaji ulang. PNS gol. I A dengan penghasilan Rp.674,050,- satu bentuk kezaliman. Veteran yang besar jasanya lahirnya Republik ini hanya memperoleh tunjangan perbulan hanya Rp.562.000,- Guru kontrak yang hanya memperoleh Rp 450.000,- sebulan perlu ditinjau ulang.
Dan masih ada guru bantu yang hanya dapat honor Rp 200.000,- sebulan. Ini adalah satu kezaliman. Gaji dan Pensiun sebagian Pejabat Tinggi Negara yang double wajib dihapuskan satu, undang-undangnya perlu segera diperbaiki. Gaji Presiden yang lebih rendah dari gaji Dirut BUMN adalah satu bentuk ketidak adilan.Tumpang tindih pejabat dan jabatan wajib disederhanakan.
Ingatlah, bahwa salah satu kehancuran bangsa-bangsa dahulu adalah karena ketidak adilan dalam masyarakat. Barak Obama menghapus tunjangan/bonus Pemerintah yang diberikan kepada Manejer-Menejer Perusahaan Keuangan .
Allah Swt telah mengingatkan sejak 15 abad yang lalu yang tercantum pada surah al-Isrâ [17] : 16-17;
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya mentaati Allah tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketetapan Kami kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. - Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan, dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.
Jamaah rahimakumullah !
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar , Allâhu Akbar .
Maha Agung Allah Swt dan Maha Sayang kepada hamba-hamba-Nya, sehingga memberikan peringatan kepada mereka lewat Nabi-Nabi-Nya serta Kitab-Kitab suci-Nya agar waspada dan hati-hati jangan sampai terkena bencana dan musibah sebagaimana diancamkan oleh Allah Swt diatas.
Ayat tersebut mengungkapkan tentang bangsa-bangsa yang memperoleh bencana yang dihancurkan oleh Allah seperti Kaum Saba’, Kaum ‘Ad, Kaum Tsâmữd, Petra, Ashhâb Tubba, Ashhâb Sabti ,Ashhâb Aikah,Ashhab Hijir, demikian juga tokoh-tokoh zalim yang pola hidup mewah bermegah-megah lagi zalim seperti Fir’aun, Qarun, Haman, Namrud, Abu Jahal, Abu Lahab dan tokoh-tokoh jahat lainnya.
Bencana dan kehancuran yang menimpa mereka karena :
1. Pola hidup mewah. Mereka hidup bermewah-mewah dengan gaji yang tinggi dan pasilitas yang serba lengkap, ditambah lagi dengan bonus-bonus dan penghasilan lainnya yang dilindungi undang-undang yang mereka buat sendiri, yang pada hakikatnya adalah hasil dari memeras dan menginjak-nginjak rakyatnya, lebih-lebih jika rakyat dalam suasana menderita.
2. Dalam kerajaannya muncul penjahat-penjahat jadi pejabat.
3. Penguasa-penguasanya sudah dikusai oleh pengusaha-pengusaha. Mereka tunduk dan taat bertekuk lutut dibawah konglomerat dan para pengusaha, dan sebagian dari mereka menjadi anjing helder para pengusaha.
4. Para pejabat tidak berdasarkan kapabilitas,intelektualitas, propessionalitas serta moral dan akhlak yang luhur, tetapi ditentukan oleh materi dan uang, atau tekanan asing.
5. Mereka menantang ajaran Nabi-Nabi , menolak ajaran-ajaran Islam walaupun mereka mengaku Islam, membiarkan dan melindungi kemaksiatan, bahkan turut andil menyebarkan pornografi, porno aksi dan porno suara karena tergiur oleh materi yang berlimpah ruah.
Rasulullah Saww melarang ummatnya mengharapkan kematian itu dikala ditimpa musibah, kecuali karena khawatir tertimpa fitnah yaitu jika :
1.Kekuasaan Negara dipegang oleh orang yang
tidak berdasarkan keahlian.
2. Jika aparat keamanan terlalu banyak.
3. Jika hukum sudah diperjual belikan dan muncul markus-markus. ( makelar-makelar kasus yang memiliki kekuatan luar biasa )
4. Jika darah dan nyawa manusia sudah diremehkan, dan banyak kerusuhan serta pembunuhan tanpa penyelesaian hukum yang jelas .
5. Jika shilah al-rahim sudah terkubur, dan setiap iven apa saja ujungnya kerusuhan, sehingga setiap hari menyaksikan kerusuhan dimana-mana.
6. Jika al-Qur ân hanya dijadikan nyanyian dan seruling, oleh sekelompok manusia, sedang mereka tidak sedikitpun memahami al-Qur ân itu. (Hr.’Abdulbar, Marwazi, Ahmad, Thabrani.)
Abu Hurairah, pernah mengungkapkan, saya mengharapkan kematian karena takut melihat enam perkara,yaitu :
1. Jika dosa-dosa sudah dianggap biasa,
2. Hukum diperjual belikan,
3. Shilaturrahim telah putus berantakan,
4. Pemerintahan dipegang oleh orang –orang yang bukan ahlinya.
5. Nyawa manusia sudah diremehkan,
6. Segolongan menjadikan al-Qur ân sebagai nyanyian dan seruling.(Hr.Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya )
Para Ahli Sejarah banyak mengungkapkan satu istilah yang popular yaitu :
Sejarah pasti berulang .
Jika sebab-sebab kehancuran bangsa-bangsa dahulu sudah merajalela pada satu bangsa, maka kehancuran itu juga akan berulang sebagaimana kehancuran bangsa-bangsa dahulu. Sebaliknya, jika kejayaan bangsa-bangsa dahulu sudah pula membumi pada satu bangsa, maka kemakmuran dan kejayaan itu juga akan terealisir pada bangsa itu, sebagaimana banyak kata takwa didalam al-Qur ân yang diungkapkan oleh Allah Swt diantaranya surah al-A’râf [7] : 128 ;
Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah ; Sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa."
Orang yang bertakwa yang akan mewarisi dunia ini adalah orang-orang yang memahami sejarah kejayaan bangsa-bangsa dahulu, kemudian di terapkan dalam kehidupan bangsanya, serta mengetahui sebab-sebab kehancuran bangsa-bangsa dahulu kemudian bangsa itu menghindarinya sehingga terhindar dari azab dan kehancuran. Demikianlah Muhammad ‘Abduh mengungkapkan dalam tafsitnya Al-Manâr.
Tertarik dengan kesuksesan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, Khalifah kesembilan dari Bani Umayyah, yang hanya dua tahun menjadi Khalifah, tetapi jika kita mengeluarkan zakat pada saat itu, kemudian bagian fakir miskin itu kita akan bagikan kepada mustahiknya, maka sejarah mencatat, para muzakki sulit menemukan fakir miskin. Bahkan ada yang berbulan-bulan mencari mustahik, baru menemukannya.
Berbeda dan jauh sekali dengan saat sekarang ini yang dalam pengumuman lewat mass media digembor-gemborkan kemuskinan terus menurun….., tetapi pada hakikatnya benar-benar benar menurun keanak cucunya, dan merambat kiri kanan, sehingga kemiskinan meraja lela. Defressi, stress merasuki segala lapisan masyarakat, dan mengejukan sekali karena dahulu Jepang yang tertinggi angka bunuh diri didunia, tetapi sekarang ini Indonesia negera tertinggi angka bunuh diri.
Baiklah kita ungkapkan sekelumit kunci sukses ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz , karena sejarah banyak mencatat, dan saya 12 tahun yang lalu sempat berziarah kekuburannya di Homs 100 km sebelah utara Damaskus.
Ketika beliau baru saja kembali menguburkan Khalifah yang digantikannya yang kebetulan adalah mertuanya sendiri, dia disambut dan dijemput dengan kereta Kencana dari istana, yang kebetulan saat itu adalah kendaraan termewah disaat itu, maka kendaraan mewah itu dijual dan harganya dimasukkan kekas Negara untuk kepentingan rakyat, dengan alasan karena dia sendiri memiliki kendaraan, tidak mau hidup bermewah-mewah dan berbangga-bangga sebagai pejabat tinggi Negara diataspenderiataan rakyatnya.
Setelah sampai dirumah, dipanggilnya istrinya langsung menanyakan “pilih harta atau pilih akang (kakak)?”
Istrinya terkejut dan bingung, karena kurang memahami ungkapan suaminya sehingga menanyakan “ apa maksud suaminya itu.” Maka ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menjelaskan, bahwa harta warisan yang diperolehnya dari ayahnya itu adalah hasil korupsi memeras rakyat, sehingga jika istrinya memilih harta maka dia akan menceraikannya, tetapi jika memilih ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, maka harta warisan itu akan dimasukkan kekas Negara untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat, karena pandangan hati nurani dan makrifatnya, haram bermegah-megah, haram bermewah-mewah, haram bersenang-senang karena jabatan yang dimilikinya, memperoleh pasilitas jauh diatas penghasilan terendah dari rakyatnya
Allâhu Akbar 3x !
Allah Maha Agung dan Maha Kuasa, Dia dapat melasanakan apa yang dikehendaki-Nya. Kita wajib mengetahui bahwa banyak sekali bangsa-bangsa dahulu yang dihancurkan oleh Allah Swt, baik melalui gempa, tsunami, topan ,banjir, krisis ekonomi, wabah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, karena pola hidup mewah dikalangan para pejabat yang menimbulkan ketidak adilan atau kezaliman.
Itulah sebabnya maka sebelum ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, Khalifah yang keempat, ‘Ali Bin Abi Thâlib pernah berpesan kepada Gubernurnya dan pejabat-pejabat bawahannya :
"Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa kekuasaan yang telah diserahkan kepadamu itu adalah hasil buruan yang jatuh ke tanganmu. Itu adalah amanat yang diletakkan ke pundakmu. Pihak yang diatasmu mengharapkan engkau dapat menjaga dan melindungi hak-hak rakyat. Maka janganlah engkau berbuat sewenang-wenang terhadap rakyat."
"Pikirlah baik-baik terlebih dahulu untuk memilih seseorang sebagai penanggung jawab. Angkatlah dia setelah dia siap untuk bekerja dan janganlah kau angkat mereka hanya dengan kemauanmu sendiri tanpa bermusyawarah dengannya, karena ini adalah perbuatan khianat.”
Ibnu Abil Hadid, seorang ulama terkenal mengomentari sebagai berikut : "Maksud dari kalimat ‘Ali bin Abi Thâlib ini ialah memilih seseorang tanpa berdasarkan seleksi yang semestinya adalah perbuatan khianat dan zalim. Kezaliman disini terjadi karena seorang pemimpin tidak menyerahkan tanggung jawab kepada orang yang berhak dan malah menyerahkannya kepada orang yang tidak patut. Kezaliman ini menimpa orang yang layak menerima tanggung jawab. "Adapun khianat disini, terjadi karena amanat menuntut penyerahan tugas kepada orang yang layak dan siapapun yang berbuat sebaliknya, berarti dia telah berkhianat kepada Allah dan ummat."
Didalam mengungkapkan keadilan ‘Ali bin Abi Thâlib mengungkapkan: ”bahwa seluruh manusia memiliki hak yang sama. Tidak ada perbedaan antara penguasa dan rakyat, antara yang miskin dan kaya, antara yang besar dan kecil. Seseorang dalam pandangan beliau harus bekerja dalam lingkungan dan masyarakatnya, diberi imbalan sesuai dengan kinerjanya secara proporsional. Seseorang tidak boleh diberi lebih dari apa yang dilakukannya, meskipun orang itu memiliki kedudukan dan posisi tinggi dalam masyarakat.
‘Ali bin Abi Thâlib adalah peletak dasar-dasar keadilan dan hak-hak asasi yang digalinya dari al-Islam sebagaimana diungkapkan : "Sungai adalah untuk yang memanfatkannya, bukan untuk yang menguasainya. Aku tidak pernah melihat adanya kenikmatan yang berlimpah ruah, kecuali di sana ada hak yang terabaikan. Tiap kenikmatan yang dirasakan orang kaya adalah kelaparan yang diderita orang miskin."
Keadilan adalah kewajiban dari Allah Swt, karena itu tidak membenarkan seorang Muslim berpangku tangan menyaksikan norma-norma keadilan ditinggalkan masyarakat, sehingga terbentuk pengkotakan dan kelas-kelas dalam masyarakat.”
Kepada Hakim-Hakimnya beliau menasihatkan : “ Ketika kebenaran tiba, mereka harus menyampaikan penilaiannya tanpa rasa takut, tidak memihak atau berprasangka. Satu lembaga peradilan harus bebas dari tekanan pengaruh campur tangan eksekutif, bebas dari rasa takut dan pamrih, intrik dan penyelewengan.”
Inilah salah satu deklarasi tertua dalam sejarah oleh seorang pemimpin negara mengenai pentingnya lembaga peradilan yang bebas.
Dalam surah al-Nisâ [4] : 135 ;
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, al-Mâidah [5] : 8 ;
Adalah konsep Islam yang sangat jelas dalam membumikan nilai-nilai keadilan, kebaikan, dan persamaan, egaliter pada masyarakat sehingga malampaui sekat-sekat mazhab, ras, dan keagamaan. Konsep itu harus tetap ditegakkan sampai kepada orang yang berbeda pendapat atau berlainan keyakinan sekalipun.
Pemerintah haruslah berpegang teguh kepada konsep-konsep keadilan. Jika tidak, maka hendaknya tampuk pemerintahan harus diserahkan kepada orang lain. Logika ini dipetik dari ajaran-ajaran al-Qur ân dalam surah al-Nisâ [4] : 58 ;
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
‘Ali bin Abi Thâlib, sangat sensitif terhadap kezaliman, sehingga sebagian dari pesannya ialah :
"Andaikan aku ditidurkan di atas duri padang pasir tanpa pakaian, atau seandainya aku dibelenggu rantai dan diseret di atas tanah, demi Allah aku bersumpah bahwa itu lebih baik daripada seandainya aku berjumpa Allah dan Rasul di hari kiamat sementara aku pernah menzalimi makhluk Allah atau aku merampas urusan-urusan duniawi."
Kepada Generasi Muda beliau berpesan : "Jadilah kamu musuh orang zalim dan sahabat orang tertindas. Islam tidak membenarkan ummatnya diam tak bergeming menyaksikan seseorang atau rakyat menjadi obyek kezaliman dan penindasan.
Beliau membagi kezaliman pada tiga bentuk yaitu :
Pertama, perbuatan syirik kepada Allah Swt. Kezaliman ini sama sekali tidak akan mendapat pintu ampunan Allah, sebagaimana yang ditegaskan dalam al-Qurân.
Kedua, kezaliman yang dapat diampuni oleh Allah Swt yaitu berbuat dosa atau ada kekurangan dalam mengerjakan perintah Allah.
Ketiga, kezaliman yang harus dibalasو baik di dunia maupun di akhirat. Kezaliman dalam kategori ini adalah tindakan aniaya yang dilakukan seseorang kepada orang lain, atau para pejabat tinggi yang tidak sensitip kepada situasi rakyatnya. Nabi besar Muhammad Saww, menegaskan: "Hari dimana seorang yang teraniaya membalas si zalim, jauh lebih pedih ketimbang hari dimana si zalim menganiaya si tertindas." ‘Ali bin Abi Thâlib bertutur kepada putra-putri dan generasinya: "Jadilah kalian sahabat orang yang tertindas dan musuh orang zalim.": ”Keadilan itu adalah dasar dan landasan untuk membangun dunia ini.” Tanpa keadilan, keamanan dan kesejahteraan dunia tidak akan terwujud. Terjadinya kekacauan dunia saat ini termasuk di Indonesia disebabkan karena merosotnya keadilan, baik dari segi hukum maupun dalam sosial ekonomi. Keadilan adalah benteng tegaknya negara-negara itu dan iman yang ada dalam diri seseorang itu akan hancur ketika keadilan tersingkir karena keadilan itu inti dari keimanan dan hiasan iman.”
Maka marilah kita bersama-sama menegakkan keadilan dalam segala bidang dimana saja kita berada, baik keadilan dalam hukum, maupun keadilan dalam sosial, insya Allah, Allah Swt akan menurunkan rahmat dan kasih-Nya kepada kita sekalian,
Selanjutnya, marilah kita berdoa kehadirat Allah dengan hati yang khusyu’ lagi berendah diri dan tawadhu’ kepada-Nya,.
By : zhie Khaeru
Media Asing Soroti Keberhasilan Wakil Indonesia Juara PMWL East 2020
4 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar