3 Apr 2010

CONTOH MAKALAH DIALOG ANTARA HUBUNGAN SEORANG AYAH DAN ANAK

-->




BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan suatu masa di mana individu mengalami perubahan dari masa anak-anak ke masa remaja atau usia belasan tahun. Masa remaja juga diartikan sebagai masa dimana seseorang menunjukkan tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga dicapainya kematangan seksual.
Masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal berada pada rentang usia 13 sampai 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir berada pada rentang usia 17 sampai dengan 21 tahun. Remaja mulai berfikir mengenai keinginan mereka sendiri, berfikir mengenai ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain membandingkan diri mereka dengan orang lain, serta mau berfikir tentang bagaimana memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis.

Masa remaja awal berada pada masa puber yaitu suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Remaja disebut juga dengan istilah “Teenagers” (usai belasan tahun).Menurut Charlotte Buhler (dalam Hurlock, 1980, hal. 205) pada masa pubertas atau masa remaja awal terdapat gejala yang disebut gejala “negative phase”, istilah “phase” menunjukkan periode yang berlangsung singkat. “negative” berarti bahwa individu mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang. Gejala ini banyak terjadi pada remaja awal, diantaranya keinginan untuk menyendiri, berkurang kemampuan untuk bekerja, kegelisahan, kepekaan perasaan, pertentangan sosial dan rasa kurang percaya diri (lack of self confidence). Dari beberapa gejala “negative phase” di atas yang paling menonjol dialami masa remaja adalah rasa kurang percaya diri (lack of self confidence).

Menurut Johnson (Supratiknya, 1995, hal. 30) secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga
merupakan bentuk komunikasi.

Menurut Pratikto (Prasetyo, 2000. Hal. 65) komunikasi orang tua dan anak adalah suatu proses hubungan antara orang tua (ibu dan ayah) dan anak yang merupakan jalinan yang mampu memberi rasa aman bagi anak melalui suatu hubungan yang memungkinkan keduanya untuk saling berkomunikasi sehingga adanya keterbukaan, percaya diri dalam menghadapi dan memecahkan masalah. Oleh karena itu hubungan yang terjalin dapat menimbulkan kesenangan, yang berpengaruh pada hubungan yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di depan, maka dapat dirumuskan masalah penelitiannya yaitu komunikasi efektif orangtua dan anak .
Serta memantau si pergaulan anak serta komunikasi harus berjalan dengan baik supaya tidak ada perselisihan di antara anak dan orangtua.


BAB II
ISI

Seperti bayangan, waktu melintas cepat. Peristiwa pun bergerak cepat seakan tak dapat ditangkap. Modernitas memang memaksa orang bergerak cepat, atau tertinggal. Rutinitas yang senantiasa bergerak cepat berpengaruh terhadap keluarga, tempat berangkat dan kembali. Kemudian, bagaimana juga dengan komunikasi orang tua dan anak, tentu semakin berjarak. Kesempatan untuk saling memahami dan mendalami akan semakin sempit. Tak heran jika banyak orang tua yang kaget melihat perkembangan anaknya. Tiba-tiba anaknya ditangkap polisi karena narkoba, tiba-tiba jadi anak yang pendiam, pemarah, pemurung dan masih banyak hal yang tiba-tiba menunggupi para orang tua di rumah.

Seperti bayangan, waktu melintas cepat. Peristiwa pun bergerak cepat seakan tak dapat ditangkap. Modernitas memang memaksa orang bergerak cepat, sibuk, padat atau tertinggal. Rutinitas yang senantiasa bergerak cepat padat tentu berpengaruh terhadap keluarga, tempat berangkat dan kembali. Kemudian, bagaimana juga dengan komunikasi orangtua dan anak, tentu semakin berjarak. Kesempatan untuk saling memahami dan mendalami akan semakin sempit. Tak heran jika banyak orangtua yang kaget melihat perkembangan anaknya. Tiba-tiba anaknya ditangkap polisi karena narkoba, tiba-tiba jadi anak yang pendiam, pemarah, pemurung, dan masih banyak hal yang tiba-tiba menunggu para orangtua dirumah.

Jika orangtua memberikan respon yang salah terhadap sesuatu yang tiba-tiba itu, malahan bisa menjadi pemicu bertambah retaknya keluarga. Kemudian bagaimana dong, cara yang efektif diantara sempitnya ruang waktu bersama keluarga ini. Jacinta F Rini punya resep jitu untuk mengatasinya.Oke, kitasimak saja apa pendapatnya.

2.3 Seni Mendengarkan
Komunikasi, sesungguhnya tidak hanya terbatas dalam bentuk kata-kata. Komunikasi, adalah ekspresi dari sebuah kesatuan yang sangat kompleks: bahasa tubuh, senyuman, peluk
kasih, ciuman sayang, dan kata-kata. Seni mendengarkan, membutuhkan totalitas perhatian dan keinginan mendengarkan, hingga sang pendengar dapat memahami sepenuhnya kompleksitas emosi dan pikiran orang yang sedang berbicara. Bahkan, komunikasi yang sejati, sang pendengar mampu memahami apa yang terjadi/yang dirasakan oleh lawan bicara meski dengan kata-kata yangsangatminimal.

2.4 Bagaimana Cara Mendengarkan Yang Baik Kita dapat menarik gambaran bagaimana suasana hati sang anak dan apa yang diharapkannya ketika ia mencoba “berkomunikasi” dengan sang ibu, dan bagaimana keadaan 'hati' anak setelah itu? Kejadian tersebut tampaknya sangat umum terjadi di mana-mana, di hampir setiap keluarga. Memang, tidak ada orangtua sempurna, karena setiap orangtua memiliki masalahnya masing-masing hingga seringkali memblokir hubungan positif yang seharusnya terjalin antara mereka dengan anak-anak. Tapi, bukan berarti hal itu dapat selalu dimaklumi, bukan? Bagaimanapun, setiap kita para orangtua, perlu diingatkan kembali, bagaimana cara 'mendengarkan' anak kita.

2.5 Fokuskan Perhatian Pada Anak
Pada saat anak mencoba mengatakan sesuatu, berilah perhatian sepenuhnya pada ceritanya. Untuk itu, alangkah baiknya jika kita mengalihkan perhatian sejenak dari film atau sinetron yang sedang ditonton, majalah, koran, atau dari pekerjaan yang sedang dihadapi. Tataplah langsung di matanya sambil memberi kesan bahwa kita benar-benar siap memperhatikan ceritanya, dan mendorongnya untuk bercerita.

2.6 Re-statement, mengulangi cerita anak untuk menyamakan pengertian Tahanlah diri untuk tidak menginterupsi ceritanya sampai anak selesai bercerita. Ketika anak selesai bercerita, cobalah memberikan kesimpulan berdasarkan hasil tangkapan kita terhadap ceritanya. Pola ini, memberikan feedback bagi orangtua dan anak, apakah kita benar-benar telah memahami apa yang diceritakan atau apa yang sebenarnya ingin diungkapkan oleh anak.


2.7 Menggali Perasaan dan Pendapat Anak Akan Masalah Yang Sedang Dihadapi
Kita boleh bertanya pada mereka : “bagaimana perasaan adek, waktu itu....”; cara ini jauh lebih baik ketimbang menjatuhkan penilaian subyektif atas diri mereka “ah, kamu pasti takut! Kamu kan penakut....” atau “ah, paling kamu menangis...kan kamu cengeng” atau “kamu nggak menangis, kan? Anak mama/papa pemberani, tentu tidak pernah menangis!”. Penilaian tersebut malah membuat anak frustrasi karena mereka mengharap orangtua bisa mengerti perasaan mereka, bukan menilai sikap dan perasaan mereka. Selain itu, penilaian subyektif orangtua yang datang terlalu cepat, bisa membuat anak menarik diri untuk tidak lebih lanjut menceritakan perasaan yang sebenarnya, karena orangtua sudah punya anggapan tertentu. Misal, anak itu sebenarnya takut ketika berhadapan dengan teman sekolah yang lebih besar badannya dan suka mengganggunya, namun urung bercerita karena orang tua sudah memberi label pada sang anak sebagai “anak mama-papa pasti pemberani”. Menceritakan perasaan dan kejadian yang sesungguhnya, hanya akan membuat dirinya dimarahi atau malu karena dianggap lemah.

2.8 Bantuan Akan Mendefinisikan Perasaan
Mendengarkan sepenuhnya cerita pengalaman anak, baik itu menyedihkan dan menyenangkan, membuat kita berdua (dengan anak) dapat berbagi rasa dan anak pun akan merasa orangtua menghargainya. Anak akan biasa bersikap terbuka karena yakin orangtua pasti bersedia mendengarkan mereka. Jika anak masih sulit mengidentifikasi perasaan mereka, bantulah dengan mendengarkan cerita mereka sungguh-sungguh, dan melontarkan kesan seperti “wah..adek sepertinya sedih sekali” atau “kamu kelihatan sangat marah” atau “adek sepertinya sedang bosan?”. Anak akan sangat lega ketika orangtua bisa menangkap perasaan mereka. Interaksi demikian, melatih anak mengidentifikasikan perasaan mereka secara tepat.

2.9 Bertanya
Hindari sikap memaksakan pendapat, cara atau penilaian orangtua, alangkah lebih baik jika orangtua membimbing mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka semakin memahami kejadian yang dialami, teman yang dihadapi, perasaan yang mereka rasakan serta sikap, tindakan yang harus mereka lakukan sebagai pemecahannya.


2.1.1 Mendorong Semangat Anak Untuk Bercerita
Hanya dengan memberi respon “O ya? atau "Wow!...” sudah menjadi stimulasi bagi mereka untuk makin giat bercerita. Pola ini dapat membuat anak tenang dan nyaman karena merasa orangtuamemahami apayang mereka ungkapkan.

2.1.2 Mendorong Anak Mengambil Keputusan Yang Tepat
Jika orangtua ingin membantu anak menghadapi masalahnya, sebaiknya kita tidak mengambil alih keputusan seperti “ya sudah, besok kamu tidak usah masuk sekolah” atau, “biar mama yang hadapi si boy temanmu yang nakal, biar mama si boy tahu apa yang anaknya lakukan!". Sebaliknya, hadirkan beberapa alternatif yang membuat mereka berpikir dan memilih manakah solusi terbaik sambil membicarakan akibat-akibat yang bisa dirasakan baik oleh anak maupun oleh orang lain.

2.2.3 Menungguredanya emosi anak dan mengajak berpikir positif
Jika anak masih diliputi emosi yang memuncak hingga membuatnya sulit berbicara, orangtua jangan memaksakan anak untuk segera bicara. Kita tidak akan berhasil membuatnya bercerita dan kita pun makin tidak sabar untuk tidak memberikan opini kita padanya. Konflik seringkali terjadi dan ini menyebabkan memburuknya hubungan orangtua anak. Berikan waktu untuk menyendiri sampai intensitas perasaannya mereda. Ketika emosinya mereda, anak akan lebih siap untuk diajak bicara. Sekali lagi, berusahalah untuk tidak memberikan opini kita pribadi, baik terhadap pilihan sikapnya, emosinya, dan tindakannya. Tanyakan pemikiran mereka terhadap masalah ini dan bagaimana kira-kira sikap yang sebaiknya mereka lakukan di kemudian hari. Sikap ini tidak saja menghindarkan anak dari perasaan dihakimi, namun juga membantu mereka lebih memahami kejadian/peristiwa itu secara obyektif serta menemukan nilai atau pelajaran berharga yang dapat dipetik dari kejadian itu.

2.2.4 Apa Manfaat Dari Mendengarkan

Bagi seorang anak, komunikasi bukan hanya bertujuan untuk membuat orang dewasa atau orang lain mengetahui dan memenuhi kebutuhannya. Dari komunikasi itu lah, anak dapat menarik kesimpulan, bagaimana orang dewasa memandang dirinya dan dari kesan inilah seorang anak membangun rasa percaya diri dan sense of self. Anak akan merasa dihargai, merasa percaya diri dan mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya, ketika orangtua menaruh perhatian.

tidak hanya pada ceritanya, tapi juga pada pendapat, keyakinan, kesimpulan, ide-ide, perasaan, bahkan ketika pendapat tersebut tidak sesuai dengan pendapat orang tua. Sikap orangtua yang “mendengarkan” anak, membuat anak berani membuat perbedaan dan menjadi berbeda, tanpa takut dihukum, dilecehkan atau ditertawakan. Hal itulah yang menjadi salah satu landasan keberanian dan keinginan anak, untuk menjadi diri sendiri apa adanya.

Dari tanggapan-tanggapan orangtua, anak akan belajar mengenal banyak informasi dan pengetahuan, mendengar sesuatu yang berbeda dari yang dipikirkannya selama ini, melihat alternatif yang lain, menilai pendapat dan tindakannya sendiri, menilai posisi dirinya di mata orang lain, dan menarik kesimpulan apa yang harus dilakukan olehnya. Proses saling zmendengarkan dan didengarkan, mengasah daya kritis dan kreativitas berpikir anak karena ketika antara anak dengan orangtua terdapat jalur 2 arah yang terbuka, maka terbuka pula akses informasi, pengetahuan, perasaan, pemikiran dan pengalaman dari kedua belah pihak. Satu sama lain, saling belajar dan saling memperkaya, saling mengenal dan semakin memahami.

Proses komunikasi antara orangtua dengan anak, sangat membantu anak memahami dirinya sendiri, perasaannya, pikirannya, pendapatnya dan keinginan-keinginannya. Anak dapat mengidentifikasi perasaannya secara tepat sehingga membantunya untuk mengenali perasaan yang sama pada orang lain. Lama kelamaan, semakin anak terlatih dalam mengenali emosi, tumbuh keyakinan dan sense of control terhadap perasaannya sendiri (lebih mudah mengendalikan sesuatu yang telah diketahui). Misal, jika anak sudah tahu bagaimana rasanya marah, sedih, kecewa, takut, kesepian, dsb. Maka akan lebih mudah bagi orangtua memberikan alternatif-alternatif cara menghadapi dan menyelesaikannya.

Mendengarkan anak secara sungguh-sungguh, membuat anak percaya pada orangtua. Hubungan mutual trust, ini membuat anak merasa lebih nyaman berada bersama orangtua, lebih memilih ‘curhat' dengan orangtua dan siap menjadi “partner” ketika orangtua yang giliran butuh didengarkan.

2.2.5 Evaluasi Diri
Mendengarkan dan didengarkan, adalah kunci hubungan orangtua-anak yang sangat bermanfaat, baik untuk pengembangkan kematangan emosional, kepandaian intelektual, kemampuan membina kehidupan sosial yang baik serta penanaman nilai prinsip moral yang baik pada anak. Dengan mendengar dan didengar, jalur komunikasi dua arah terbuka lebar antara orangtua dan anak, memungkinkan keduanya saling mengerti dan membuat orangtua dapat memberikan dukungan yang diperlukan oleh anak. Namun sebaliknya, jika kata-kata yang diucapkan anak hanya sekedar 'terdengar' di telinga kita, akan hilang begitu saja terbawa angin dan tidak memberikan makna serta kontribusi apapun dalam proses pertumbuhan anak.
Nah, apakah kita sebagai orangtua, tega mengorbankan kualitas perkembangan dan tingkat kematangan emosional, intelektual, moral dan kemampuan sosial anak kita demi kesenangan sesaat (film yang menarik, obrolan gossip yang asik, berita yang sedang dibaca, dan lain sebagainya). Inilah saatnya kita sebagai orangtua merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari, apakah kita sudah lebih sering mendengarkan anak. Ataukah, cerita mereka hanya terdengar sayup-sayup oleh kita.


BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN :

Hubungan timbal balik antara Orangtua dan anak." Harus disadari, bahwa adalah UMUM, jika manusia-manusia dengan usia yang berbeda-beda tinggal serumah atau berhubungan satu sama lain, konflik-konflik tidak dapat dihindari. Baru perbedaan usia- usia generasi saja sudah menghasilkan pendirian - pandangan - perhatian dll. Yang berbeda-beda. Konflik merupakan warisan yang PALING ABADI dari Adam dan Hawa pada umat manusia. Di dunia ini tidak ada hal yang baru, tetapi juga tidak ada yang terselesaikan.

Anak kita terperangkap penyalahgunaan Narkoba tentu saja tidak terlepas dari masalah yang mendorongnya, seperti terpengaruh teman sebaya atau lingkungan dimana dia bergaul, atau karena tidak harmonisnya hubungan antara anak dan orang tua sehingga si anak melakukan pelarian dengan mengkonsumsi Narkoba.
Bagi remaja, hubungan teman sebaya meluas dan menduduki peran utama pada kehidupan mereka. Teman sebaya secara tipikal menggantikan peran keluarga sebagai hal utama untuk sosialisasi dan aktivitas waktu luang. Remaja memiliki hubungan teman sebaya yang bervariasi dan membuat norma dan system nilai yang berbeda. Faktor resiko teman sebaya dapat digambarkan sebagai berikut : Berhubungan dengan teman sebaya yang menggunakan obat-obatan memiliki kecenderungan yang besar juga menggunakan obat-obatan. Tekanan negatif dari teman sebaya dapat menjadi resiko tersendiri. Contoh anak yang sebenarnya berasal dari keluarga baik-baik, mendapat nilai baik di sekolah dan tinggal di lingkungan yang baik pula, namun akhirnya terperangkap mengkonsumsi narkoba karena pengaruh temannya.
Berusahalah tenang. Kendalikan emosi, marah, tersinggung atau rasa bersalah tidak ada gunanya. Jangan tunda masalah. Hadapilah kenyataan itu. Adakan dialog terbuka dengan anak dengan sikap tenang. Kemukakan apa yang Anda ketahui, tidak dengan cara menuduh. Jangan pada saat ia masih berada dalam pengaruh Narkoba.


Dengarkan anak dan beri dorongan non verbal kepadanya. Dialog dengan anak merupakan kunci pemecahan masalah. Jangan rendahkan harga dirinya. Buatlah agar ia merasa aman dan nyaman berbicara dengan Anda. Jika ia mau mengakui hal itu, hargailah kejujurannya. Anda pun perlu bersyukur karena dapat menciptakan keterbukaan itu. Jujur terhadap diri sendiri. Beri contoh sikap jujur dan terbuka. Mau mengakui kelemahan dan kesalahan sendiri. Jangan membela diri atau merasa diri benar. Saling memaafkan untuk kesalahan sikap, kata-kata atau perbuatan di masa lalu yang menyakitkan orang lain. Jika perlu minta bantuan pihak ketiga , jika sulit mengendalikan emosi, minta bantuan pihak ketiga yang dapat melakukan pendekatan yang lebih baik.

3.2 Untuk Menghindari Anak Dari Bahaya Narkoba
1. Menjadi teladan atau role model dalam budaya anti-Narkoba, anti kekerasan dan disiplin diri: Orangtua yang juga menyalah gunakan narkoba tidak memiliki wibawa terhadap anaknya untuk juga tidak menggunakannya. Perlihatkan kemampuan orangtua untuk berkata tidak dan untuk meminta tolong jika perlu. Tidak menggunakan cara kekerasan (tindakan dan kata-kata) terhadap anak dan orang lain. Hormati hak-hak asasi anak dan orang lain. Perlakukan anak atau orang lain dengan adil dan bijaksana. Hidup secara tertib dan teratur.
2. Membantu anak mengembangkan kemampuan menolak tekanan kelompok sebaya untuk menggunakan Narkoba atau terlibat dalam kekerasan: Beritahu anak mengenai haknya melakukan hak yang cocok bagi dirinya didasari rasa tanggung jawab, sehingga jika ada teman yang memaksa atau membujuk, ia berhak untuk menolaknya. Bimbing anak mencari kawan sejati, yang tidak menjerumuskan dirinya dalam hal yang merugikan atau merusak. Ajarkan anak menolak tawaran penyalahgunaan Narkoba. Mengetahui jadwal kegiatan anak dan siapa kawan- kawannya.
3. Mendukung kegiatan anak yang sehat dan kreatif: Mendukung kegiatan anak di sekolah, berolahraga, memiliki hobi, bermain musik, dan lain-lain tanpa menuntut anak agar berprestasi atau menang. Orangtua melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan anak. Anak sangat menghargai saat-saat orangtua melibatkan diri dalam kegiatan mereka.
4. Membuat kesepakatan bersama tentang norma dan peraturan: Ajarkanlah anak hidup yang teratur. Dorong anak belajar bertanggung jawab dengan menetapkan aturan bagi perilaku atau kegiatannya sehari-hari. Termasuk tidak menyalahgunakan Narkoba. Tetapkan hal itu secara adil dan tuliskan peraturan-peraturan itu.
Contohnya :
- Orangtua harus selalu cepat memberikan respon terhadap anak dengan pergaulanya diman sianak ini terlepas dari pantauan orangtua bisa melakukan hal bebas semaunya karena pergaulan di jaman era modern ini pengaruh negatifnya sangat peka.
- Komunikasi terhadap anak harus berjalan dengan baik dimana anak dengan orangtua harus saling merespon sesama lain.
- Perhatian orangtua terhadap perkembangan psikolgis si anak harus selalu di pantau.
- Untuk saling Mengenal dan Menghargai antara anak dengan orangtua.
- Kita harus ingat bahwa orangtua merawat/membesarkan anak-anaknya dengan kasih dan pengorbanan materi - tenaga - waktu – pikiran.

CONTOH DIALOG

Anak : Pak yadi kan udah lulus sekolah mau cari pekerjaan buat Bantu-bantu
Bapak.
Bapak : memang mau kerja kemana
Anak : Denger-denger banyak sodara temenya yadi kerja ke kota
Bapak : ada-ada aja kamu udah kalau bisa kamu Bantu bapak diladang saja
Anak : Ya tapi kan pak saya pengen cari uang sendiri buat biyaya adik sekolah
Bapak : Lalu kamu mau kapan pergi kerja kekota
Anak : Ada seorang sodara temen di bandung katanya lagi membutuhkan
tambahan kerja di proyeknya kayanya besok pak.
Bapak : Emang kerja apaan
Anak : ya bantuin beresih-bersih meromak rumah katanya bu.
Bapak : Kan kamu masih belum cukup kuat mengangkat yang berat-berat
Anak : Yam mau apalagi pak
Bapak : Kalo kamu bener-bener mau pergi siapin apa yang harus kamu bawa
Anak : Iiiiya pak..
\
By : Zhie Khaeru

0 komentar:

VIDEO PROJECK

# Terima kasih Kepada : # The Cipaku Garden Hotel # PT.Javalens Media Asia # Komdak Community Bandung # Sandi Solution # Eco Bambu Cipaku # Portal Web Seputar Bandung Raya#

Terimakasih Sudah Mau Berkunjung Ke Blog Kami